Jejak Aksara Jejak Sejarah...

Detik yang terlewati oleh manusia merupakan anugerah Tuhan yang tak akan mungkin bisa terulang, berputar atau mundur. Detik yang terlewati oleh manusia bagaimanapun adalah sebuah jejak hidup setiap manusia. Kita sering lupa akan jejak kita yang oleh kita sendirilah ia tercetak. Aku takut ia terus mengabur tanpa bekas dan sisa akan keberadaannya. Aksaralah yang membuat dia 'kan tetap ada. Untuk diingat, dipelajari, dikenang ataupun sekedar nostalgia sejenak...

Nama:
Lokasi: Jakarta, Indonesia

Selasa, September 19, 2006

SESAL


Sesal…

Mengapa aku berkata bukan nyata?

Mengapa datangmu ketika ku luka?

Mengapa ”tidak” yang kuucap?


Sesal..

Denganmu aku bersama sekejab waktu

Denganmu semua tak terduga

Denganmu aku sempat tak percaya


Sesal..

Aku tersadar milikmu terluka

Aku tersadar milikku ikut berduka

Aku tersadar aku kini didera nestapa


Sesal..

Harapku yang bisa kembali

Harapku engkau bisa tersenyum lagi

Harapku aku bisa berdiri


Sesal..

Apakah aku harus terus mengenang?

Ketika aku dan kamu masih bisa terbang


Sesal..

Yang pergi (mungkin) tak ’kan kembali


Sesal..

Bayangmu sulit kuganti


Sesal..

Mengapa aku berkata bukan nyata?

Mengapa datangmu ketika ku luka?

Mengapa ”tidak” yang kuucap?





Stasiun Barat, Bandung

17 September 2006




dedicated to Tisha

Label:

Rabu, September 13, 2006

Setiap orang pasti ingin mendapatkan masa depan yang bagus dan bersifat "aman". Maksudnya, kepastian masa yang akan terjadi bisa diprediksi. Pasti, setiap orang akan bicara pemenuhan kebutuhan hidup. Itu akan bisa tercapai dengan bekerja. Bekerja dimana dan seperti apa? Bagaimana dengan penghasilannya? Apakah yang kita terima itu sudah cukup? Tak ada yang membantah kalau lapangan pekerjaan sangatlah terbatas dibandingkan yang ingin bekerja itu sendiri. Bila pekerjaan itu sudah didapat, apakah itu cocok dengan keinginan kita? Setidaknya, kita enjoy dengan bekerja di sana.
Aku masuk ke dalam lingkungan birokrasi. Ya, sebagai PNS. Jalur ini memang sudah aku ikuti sejak masuk kuliah di STAN. Di sana, memang, setiap mahasiswanya dicetak untuk berorientasi bekerja pada pemerintah, khususnya Departemen Keuangan. Segala perilaku termasuk "mindset" mereka, PNS banget lah! Dan kini, aku telah bekerja di Sekretariat Pengadilan Pajak.
Awal-awal masuk, rasanya nggak enak banget. Mulai dengan belum kenal dengan orang-orangnya, masih naik kendaraan umum serta jarak tempuh yang cukup jauh dan lama dari kos-kosan, dunia baru dan hampir segalanya berubah. Ya, aku ngerti kalau setiap orang pasti ngalamin yang kayak gitu dikala masuk kerja di awal-awal waktu. Ok, aku jalanin saja. Temen-temen angkatanku yang sekantor termasuk orang baru yang aku kenal. Semuanya berjumlahnya 7 orang termasuk aku dan satu cewek. Sambil waktu berlalu, aku mulai mengenali mereka. Karakter, pola pikir, kebiasaan. Hanya dengan satu orang saja yang "ideologinya" hampir sama dengan aku. Yang lain, yaahhh...
Sekarang, aku semakin akrab dengan dia. Sama-sama sudah pernah cerita tentang hal pribadi. Alhamdulillah, aku ada temen ngobrol yang bisa pas sama aku. Dalam hati, aku menyayangkann, kenapa hanya beberapa orang saja yang bisa cocok ngobrol sama aku? Di ruangan tempat aku bekerja, kebanyakan diisi dengan orang-orang yang sudah berkeluarga. Omongan mereka sudah jelas beda dengan duniaku. Duh, susah banget untuk bisa masuk ke mereka. Lagian, kalo mereka lagi ngobrol, wah, ga banget deh! Serasa aku hidup sendirian di kantor ini. Aku merasa kalau kehidupanku di kantor dan luar kantor adalah beda. Dan di dunia itu aku menjadi orang yang sangat berbeda. Apakah aku munafik? Ada hal yang aku iyakan kalau aku munafik. Yang jelas, aku telah munafik...
Apa yang ada di duniaku sebenarnya, sungguh ingin aku wujudkan. Semenjak kuliah, hal itu sudah menjadi impianku. Dan sekarang, ingin sekali bisa aku realisasikan. Dengan kondisi seperti ini di kantor, tidak akan mungkin! Aku iri melihat teman-teman yang bidang kerjanya gw banget. Seandainya aku adalah mereka, aku bisa kerja dengan enjoy. Bahkan aku bisa lebih "hidup" dengan bekerja.
Teman-temanku bilang kalau aku seharusnya bersyukur dengan apa yang telah aku dapat sekarang. Sangat sangat bersyukur malahan. Dibanding dengan yang lain, dengan usiaku yang masih cukup muda sekarang sudah bisa berpenghasilan sendiri. Ok aku terima kalau saran mereka benar, tapi apakah aku salah kalau aku mengeluh aku kurang nyaman dengan pekerjaanku.
Saat ini, aku mengambil jalan yang menurutku masih menjadi pilihanku. Aku manfaatkan fasilitasku dari kantor untuk mengembangkan 'interest'-ku. Peduli amat dengan orang-orang yang kurang nyambung itu. Aku tetap senang dengan orang-orang yang masih asyik ngobrolnya dengan aku. Kalo dengan yang lain, F*ck with your own bussiness,,,

Label: